Sabtu, 05 November 2011

TAK ADA YANG ABADI


Sore itu…
            Kau mengirimkan pesan padaku melalui sms “Sygq, jdkn kt ktm? Tgg q d skul y!” Namun, sudah lebih dari 1 jam aku menunggumu di sekolah, kau belum datang-datang juga. Aku berpikir kau telah melupakan janji itu sebab telah berulang-ulang kali aku mengirim pesan padamu, namun kau tak membalasnya. Telah lebih dari 25 kali aku menghubungimu, namun kau tak pernah mengangkat teleponku sekali pun. Marahkah kau padaku? Memangnya apa yang telah aku perbuat?
            Setelah aku bersabar selama 2 jam, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Aku biarkan hpku tetap aktif, inginku segera mendapat kabar darimu. Ingin ku tahu mengapa kau membatalkan janji kita. Ingin ku dengar maafmu karena telah membuatku menunggu. Tapi ternyata… lama aku menunggu, letih ku menanti, kau tak menghubungiku juga. Sebenarnya apa yang terjadi?
            “Dy msk rmh skt!” Itulah pesan balasan yang aku dapatkan setelah berjam-jam menunggu kabar darimu. Tanpa berbabibu lagi aku segera menancap motor dari halaman rumahku. UGD di rumah sakit itu telah ramai oleh keluarga dan teman-temanmu. Ingin aku menerobos masuk ke dalam dan melihat keadaanmu, namun pintu itu tertutup rapat menghalangi langkahku. “Sangat kritis!” Kata-kata itulah yang tak ingin aku dengar dari mulut seorangpun, tapi begitulah kenyataannya. Kau terbaring tak berdaya di dalam sana, memperjuangkan hidupmu. “Sayangku, kalau kau memang masih cinta padaku, kumohon berusahalah, lawanlah kematian itu!” Jeritku menggema ke seluruh penjuru rumah sakit itu.
            “Sebuah mobil menabraknya ketika dia hendak menyeberang. Entah siapa yang salah, tetapi yang jelas hanya dia yang terluka sementara orang di dalam mobil itu baik-baik saja. Orang yang menabraknya ada di sana!” Ujar temanku sembari menunjuk seorang anak muda yang sekarang sedang bersama keluarganya dan keluarga kekasihku. Amarah mengalir dalam diriku, memuncak hingga tak dapat ku bendung lagi. Tangan ini telah berada di kerah bajunya. Ku hentakkan sebuah tinjuan di wajahnya hingga membuatnya terjatuh ke lantai. Darah segar keluar dari ujung bibirnya.
“Itu belum seberapa dibanding dengan penderitaan yang dialaminya,” ujarku sambil menunjuk ke ruangan dimana kekasihku berada. Ingin ku lakukan lagi hal itu, namun beberapa tangan mencegahku, menghalangiku. Suara-suara gaduh yang sebenarnya mengeluarkan kata-kata yang menenangkan malah membuat telingaku semakin panas mendengarnya.
“Mana mungkin aku bisa tenang!” Teriakku.
“Lebih baik, kita pergi dari sini. Ini rumah sakit bukan arena tinju,” ujar temanku sembari menarik tanganku.
Ku tepis tangannya, kemudian berkata, “Tidak, aku tidak akan pergi dari sini. Aku akan menunggunya. Aku harus menunggunya!”
“Kalau itu maumu, cobalah untuk tenang!” Ujarnya kembali. Aku hanya terdiam mendengar kata-katanya. Detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jam telah terlewati. Sudah terlalu lama dia berada di dalam sana, namun belum ada seorang dokterpun yang keluar dari ruangan itu. Harus berapa lama lagi aku menunggu kabar darinya?
Sore telah berlalu, kini malam yang hadir sangat tidak bersahabat. Hujan turun menemani malam yang dingin saat ini. Ternyata bukan hanya malam saja yang tak bersahabat, kabar dari dokterpun ternyata tak bersahabat. Tidak! Aku tidak ingin mendengar kata-katanya!
“Maaf, kami telah berusaha sesuai kemampuan kami, tapi Tuhan berkehendak lain.”
“Tidaaaaaaak…!!!” Suara keluarganya pecah ketika dokter itu melontarkan kata-katanya. Aku hanya terdiam membeku, tak dapat ku bergerak sedikitpun. Rasa keterkejutanku akan kata-kata itu membuangku kembali ketika terakhir kali aku bertemu denganmu.
“Seandainya aku pergi nanti, apa yang akan kau lakukan?” Tanyanya tiba-tiba ketika aku sedang berdua di rumahnya.
“Memangnya kau mau pergi kemana?” Tanyaku kembali.
“Tidak kemana-mana sih, aku hanya bertanya saja kok,” jawabnya.
“Kalau hanya bertanya asal, aku tidak mau menjawabnya! Aku tidak ingin kau pergi kemanapun, aku ingin kau selalu ada menemaniku.” Jawabku pula.
“Sayang, tak ada yang abadi di dunia ini, kau tahu itukan?”
“Tentu saja aku tahu! Tetapi untuk sekarang, aku tidak ingin kau meninggalkan aku. Titik!” Ujarku.
“Satu hal yang perlu kau ingat sayangku. Aku tetap cinta padamu walaupun aku meninggalkanmu. Dan asal kau tahu, aku tak akan kemana-mana. Aku akan selalu berada dalam dirimu.” Ujarnya.
Inikah maksud dari kata-katamu itu? Ternyata memang benar apa yang kau katakan. Kau telah mengajarkan aku bahwa tiada yang abadi sejak kau putuskan untuk melepaskan hidup. Benar juga yang kau katakan, kau memang tak akan pergi kemanapun, kau tetap ada di dalam diriku dan selalu mencintaiku. Tapi asal kau tahu, aku takkan mampu hidup tanpamu.
“Tunggu aku, sayangku!” Ujarku. Kemudian ku terobos malam dingin bermandikan hujan. Ku berlari melewatinya. Ku terus berlari hingga akhirnya tanpa ku sadari sebuah mobil telah mendaratkan tubuhnya ke tubuhku. Kesadaranku mulai menghilang, tak ada yang dapat ku rasakan lagi. Tak beberapa lama kemudian, aku melihatmu. Kau melambaikan tanganmu padaku, kau ulurkan tangan manismu itu, lalu ku sambut tanganmu dengan bahagia.

DIA DAN PANTAI ITU


   A
ku heran melihat orang-orang yang selalu senang, bahkan terlalu senang malah ketika akan menyambut suatu ritual yang ada sejak dahulu kala, entah kapan hal ini muncul dalam kehidupan, dialah Libur Panjang.
 Ujian yang menyesakkan dada baru saja terlewati. Ujian tahun ini meninggalkan sebercak kenangan pahit dimana nilaiku di tahun ini menurun  jika dibandingkan dengan nilai ujianku tahun lalu ketika aku berhasil naik ke kelas 2. Hal ini mungkin karena aku banyak memikirkan hal yang mungkin sebenarnya tak mesti terlalu aku pikirkan dan di tahun ini juga, ada beberapa teman bahkan sahabatku yang tidak naik kelas. Bisa aku bayangkan betapa sedih dan malunya mereka ketika melihat anak-anak lain yang melompat kegirangan karena melihat hasil rapornya yang bertuliskan “NAIK KELAS” sedangkan mereka hanya bisa duduk diam dan menangis meratapi hasil yang sangat tidak diinginkan oleh semua anak sekolah di dunia ini.
            Dari luar rumah terdengar suara Aldo memanggil
 ”Dika!!! Dika!!! Dika!!!” Aldo berteriak hebat memanggilku, mungkin suaranya terdengar sampai ke tetangga di gang sebelah.
Aldo adalah salah satu sahabatku. Aku sudah menganggapnya seperti saudara sendiri. Ya… mungkin karena aku sudah bersamanya sedari kecil dan karena kami berdua tetangga.
  ”Iya Do, masuk aja! Ga’ dikunci kok!” Teriakku.
Seperti biasa Aldo langsung masuk ke kamarku dan mendapatiku sedang melamun dengan wajah yang bisa dibilang agak sedikit lesu.
”Kenapa lho, men? Sakit atau lho belum makan? Makan tuh piring, he he!” Ujar Aldo dengan candaannya.
“Enak aja lu nyuruh gue makan piring, emang gue apaan? Sekarang  gue lagi mikirin tentang liburan, tahun ini enaknya kemana ya?” Tanyaku sembari melirik Aldo yang seperti biasa langsung sibuk mengutak-atik PS yang ada di dalam kamarku.
“Woi, gue  nanya lho nih! Liburan tahun ini enaknya kemana ya Do yah?!” Tanyaku kembali dengan nada yang lebih keras.
“Ia juga yah, kita kan lagi libur, emn,,,, entar gue pikirin dulu asyiknya kemana ya,... … Emn gimana kalo kita ke…..Pantai??????” Usul Aldo sambil melirik kepadaku dengan sebuah senyuman misterius yang selalu ia lontarkan kepadaku kalau ia sudah punya suatu rencana hebat.
Aku langsung bangkit dari tempat tidurku ketika mendengar ia menyebut kata pantai. Sebenarnya aku adalah orang yang jarang pergi ke pantai, terakhir aku ke pantai sekitar 4 tahun lalu, waktu itu aku masih SD dan aku ke sana, ke sebuah pantai yang indah bersama seluruh anggota keluargaku.
“Kayak-kayaknya itu ide yang cukup bagus men, tapi…” Aldo langsung memotong pembicaraan yang belum selesai kuucapkan.
“Tapi apa Dik?” Tanya Aldo dengan raut wajah penasarannya.
“Tapi kita ke sana sama siapa? Naik apa? Dan kapan?” Pertanyaanku membuat Aldo terdiam sejenak sambil mengelus dagunya layaknya orang yang memiliki janggut.
“Gini, kita ke sana berdua naik motor dan waktunya………???? Gimana klo besok aja, berangkatnya besok kan hari minggu. Gimana menurut lho Dik?” Aldo bertanya kepadaku seolah-olah akulah penentu terlaksananya kegiatan ini.
“Oke juga rencana lho, klo gitu sekarang mendingan lho pulang and nyiapin segala keperluan buat besok.” Ujarku memutuskan. Tetapi aldo belum mau pulang, ia masih mau melanjutkan permainan PSnya.
“Ntar aja deh gue pulangnya, lagiankan masih sore. Gue masih mo ngelanjutin  main PS dulu nih, bolehkan?”
“Boleh-boleh aja sih tapi seperti biasa, jangan sampe lupa waktu!”
“Kalo itu mah dari dulu juga gue udah tau.”
Sembari Aldo melanjutkan main PSnya, aku mengambil gitar dan bermain gitar di beranda rumahku. Yah walaupun sebenarnya aku masih amatiran dalam hal bermain gitar kalau mau dibandingkan dengan teman-temanku yang lain.
            Tak terasa matahari sudah hampir meninggalkan langit dan terbenam di ufuk barat. Tak terasa pula aku sudah memainkan cukup banyak lagu dan ketika aku  menyudahi bermain gitar, Aldo juga menyelesaikan bermain PSnya, hal itu memakan waktu sekitar 1 jam.
“Eh Dik, gue udah mau pulang nih makasih ya buat PSnya!” Aldo berkata sambil menepuk pundakku.
“Sama-sama, Do. Sekarang lho pulang dan persiapin diri lho buat perjalanan kita besok!” Ujarku mengingatkannya.
“Oke deh pren’k, gue pulang dulu!” Aldo beranjak dari rumahku dan akupun masuk ke dalam rumah.
T T T
Keesokan harinya Aldo datang ke rumahku dengan berpakaian ala pantai, lengkap dengan kaca mata hitamnya. Pada saat itu kami berdua sudah siap dengan membawa pakaian dan makanan secukupnya untuk bekal kami di pantai nanti.
“Wah, wah, wah, lho keren banget hari ini, Do!” Pujiku pada Aldo. Aldo tampak keren dengan jeans hitam yang ia pakai dan juga di tambah dengan kemeja yang berwarna biru terang, yang menampakkan suasana keceriaan.
“Ah biasa aja kok, Dik! Lho juga keren kok!” Ujarnya balas memujiku. Aku mengenakan kemeja lengan panjang kotak-kotak berwarna hitam dan celana jeans yang juga berwarna hitam.
“Klo itu sih sudah pasti. Oke deh klo lho sudah siap, gimana klo kita berangkat sekarang?”
“Let’s go!”
Kami berdua akan pergi ke sebuah pantai, satu-satunya pantai yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal. Jaraknya sekitar 45 km. Pantai itu adalah pantai yang cukup terkenal dimana disana terdapat laut biru berpasir putih yang menjanjikan keindahan yang cukup bisa untuk sekedar menghilangkan strees. Pantai ini juga sudah sering dikunjungi turis domestik yang berasal dari luar daerah kami, bahkan turis asing pun sering datang ke pantai ini.
            Setelah kurang lebih satu jam kami berada di atas motor di bawah teriknya  matahari pagi yang menyilaukan mata, akhirnya sampailah kami di pantai yang kami tuju. Seperti yang sudah kami duga sebelumnya, terdapat cukup banyak pengunjung di pantai ini. Kami pun segera mencari tempat untuk beristirahat dan mempersiapkan segala keperluan. Dari kejauhan kami melihat sebuah tempat kosong yang berada di ujung sebelah kiri pantai berupa rumah berpayung kecil yang cukup untuk kami berdua. Tempatnya agak jauh dari tempat keramaian.
“Ahhh, akhirnya nyampe juga,” desah Aldo.
“Pantai ini benar-benar indah ya, gue ngerasa sudah lama banget ga’ ngerasain suasana pantai yang seperti ini.” Kataku kepada Aldo yang langsung sibuk mengeluarkan isi di dalam tasnya.
Setelah mengeluarkan seluruh isi tasnya, Aldo langsung membuka pakaiannya dan bersiap untuk terjun ke laut.
“Dik, lho ga’ mandi? Buruan gih kita nyebur sama-sama, ini bakalan asyik banget, huuuuu!” Ajak Aldo padaku yang sedang memandang indahnya lautan biru dihiasi kilauan pasir putih yang sudah lama tak kulihat, tak seperti Aldo yang hampir ditiap liburan pergi berlibur bersama keluarganya. Tidak seperti orang tuaku yang selalu sibuk dengan kegiatannya masing-masing tanpa ada waktu untuk berkumpul bersama seluruh keluarga.
“Apa Do? Lho ngomong apa? Sori gue ga’ denger!” Aku terbuai dengan keindahannya sampai tidak mendengar apa yang dikatakan Aldo.
“Gue bilang,,,,,,, gue mo mandi duluan ya, terserah lho mo mandi apa kaga!” Aldo bergegas turun ke laut.
Sembari menatap lautan, aku melihat sosok seorang gadis remaja yang sepertinya tak  asing kulihat. Lalu kuberanjak dari tempatku, ku beranikan diri menyapanya
“Permisi, lagi sendirian ya?” Tanyaku pada gadis itu. Dia langsung menoleh melihatku dan ternyata aku memang mengenal gadis itu. Dia adalah anak kelas sebelah yang selama ini selalu kuperhatikan, dan aku tahu bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Rasa cinta ini timbul sejak aku di kelas 1, tapi rasa ketertarikan sudah ada sejak kami mengikuti MOS di sekolah. Aku sebenarnya agak sedikit heran pada diriku sendiri, mengapa aku bisa merasakan cinta pada orang yang bahkan tak ku kenal namanya, tinggalnya dimana, bagaimana asal usulnya, dan segala hal yang biasanya diketahui seseorang sebelum orang tersebut jatuh cinta. Tapi untukku, aku tidak perlu mengetahui semua itu untuk bisa jatuh cinta. Cukup dengan melihatnya, aku tahu dan aku yakin bahwa ia adalah wanita yang patut untuk ku cintai
“Hei, kamu Arin kan? Anak kelas IA 1? Aku Dika anak kelas sebelah. Lho pasti pernah liat gue, kelas kita kan bersebelahan. Salam kenal” Ujarku sambil mengulurkan tangan kananku, berharap mendapat balasan darinya.
“Iya gue Arin, salam kenal!” Jawabnya. Arin kemudian menjabat tanganku dengan sebuah senyuman yang sangaaaat manis. Kurasakan kelembutan tangannya membuatku sedikit agak merinding, maklum aku adalah tipe orang yang agak sedikit pemalu. Tapi untuk cewek yang satu ini, aku berusaha membuang semua rasa malu yang ada dalam diriku.
“Boleh gue duduk disini?” Tanyaku dengan ragu-ragu.
“Boleh aja kok, tempat ini kan bukan milik gue.” Jawabnya. “Sesuai dengan yang aku harapkan,” ucapku dalam hati.
Kami berdua duduk bersampingan di pinggir pantai yang tenang beralaskan pasir putih, beratapkan langit biru, dan ditambah dengan angin sejuk yang benar-benar menyejukkan jiwa. Sungguh sangat senang hatiku bisa duduk mengobrol berdua bersama wanita yang selama ini memang kudambakan. Sungguh tak terduga pertemuanku dengannya, itu merupakan hal yang sangat indah bagiku.
“Lho ke sini ama siapa, Rin?” Aku mencoba untuk memulai pembicaraan.
“Aku ke sini bersama semua anggota keluargaku, klo kamu sendiri?”
“Gue ke sini berdua ama temen. Namanya Aldo, tuh lagi asyik berenang!” Ujarku sembari menunjuk Aldo yang sedang asyik berenang sambil menggoda cewek-cewek yang ada di pantai.
“Kamu sendiri kenapa gak ikutan berenang?” Dia bertanya sambil menoleh ke arahku
“Gue gak mandi karena gue lagi nikmatin indahnya pemandang di pantai ini. Sungguh pantai yang indah, bukan?”
“Aku juga, aku sedang menikmati indahnya pantai ini, sambil merenungi nasib.” Ia langsung tertunduk ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.
“Emang ada apa dengan nasib lho?” Dia terdiam dan membisu tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Aku menatapnya dalam-dalam, kulihat setetes air mata jatuh di pipinya, belum sempat kutanyakan kenapa, orang tuanya tiba-tiba memanggil.
“Arin!!! Arin, sini nak!” Arin langsung mengusap air mata yang sudah terlanjur membasahi kulit putih bersihnya. Ia kemudian berdiri dan hendak pergi.
“Dik, makasih kamu sudah mau menemaniku ngobrol walau hanya sesaat. Aku balik dulu ya, aku dipanggil sama orang tuaku, dah!”
Aku hanya diam membisu, tak tau apa yang harus kukatakan sebelum ia pergi bahkan aku tak membalas salam darinya. Yang ada di dalam pikiranku hanya sebuah bayangan tangis seorang wanita yang ku tak tau apa sebabnya dan walaupun ia mencoba menyembunyikan kesedihannya, tapi ku tahu ada sesuatu yang sangat sedih sedang menimpanya.
Beberapa saat kemudian, kurang lebih satu jam setelah itu, aku mengajak Aldo yang telah selesai mandi untuk pulang. Selama satu jam aku hanya memikirkan kejadian tadi, mengapa air mata itu keluar? Mengapa aku harus melihat air mata itu? Dan mengapa itu menjadikan beban pikiran buatku? Sungguh aku dibuat penasaran, wajah itu, tangis itu, sungguh membuatku kehilangan konsentrasi.
“Kenapa lho, Dik? Kayak orang yang gak makan seharian! Kenapa? Dompet lho dicuri? Atau lho abis di cium ama ema’-ema’? Yah, klo lho lesu gini gak seru kan!” Aldo menepuk pundakku, dan aku hanya diam dan tak bergeming.
“Kita pulang aja, Do!” Ajakku dengan suara datar.
“Apaa???” Aldo agak sedikit terkejut ketika aku mengajaknya pulang karena mungkin kami baru satu jam di sana.
“Kita pulang sekarang!” Aku berkata dengan nada yang tegas.
Setelah aku berkata demikian, Aldo langsung menurut dan kamipun pulang. Aldo tak berkata apapun sepanjang jalan, mungkin karena ia tau aku sedang ada masalah, dan ia tau jika aku mempunyai masalah aku tidak suka terlalu banyak diintrogasi.
T T T
Beberapa hari ini aku terus memikirkan Arin. Memikirkan raut wajahnya, suara tangisnya, dan kemisteriusan kata-katanya. Aku tak tau apa yang mesti aku lakukan. Haruskah aku terus berdiam diri seperti ini? Atau aku harus bergerak mencari tau apa maksud semuanya? Akhirnya aku memutuskan untuk bercerita kepada Aldo. Setelah mendengar semua ceritaku, tiba-tiba dia menarik tanganku.
“Kita mau ke mana, Do?” Tanyaku dengan terkejut karena tiba-tiba saja dia menarik tanganku.
“Cari alamat Arin,” jawabnya dengan nada yang tegas.
“Untuk apa?” Tanyaku kembali dengan pikiran masih penuh tanda tanya.
“Ya untuk mengetahui apa maksud semuanya,” jawabnya lagi. Kini tanpa mendengar persetujuanku terlebih dahulu, dia langsung naik ke motornya.
            Setelah kami pergi ke rumah sahabat Arin yang juga merupakan teman Aldo, akhirnya kami menemukan alamat gadis itu. Tidak sulit untuk mencari rumah Arin sebab rumahnya merupakan satu-satunya rumah yang halamannya paling rimbun, dipenuhi beberapa pohon buah-buahan.
            Rumah itu tampak sunyi. Seorang perempuan setengah baya menyambut kedatangan kami dengan wajah muram. Sepertinya perempuan itu adalah ibunda Arin.
“Cari siapa, nak?” Tanya ibunda Arin.
“Benar di sini rumah Arin?” Tanya Aldo. Ibunda Arin mengangguk menjawab pertanyaan Aldo.
“Arinnya ada, Tante?” Tanyaku dengan tidak sabar.
“Lebih baik kalian masuk dulu,” ajak ibunda Arin sembari mempersilahkan kami masuk. Ibunda Arin membimbing kami memasuki rumah yang sunyi itu. Foto Arin berukuran 10 R tergantung di dinding, tersenyum ke arah kami. Aku merasakan ada yang aneh dengan suasana di rumah ini, namun aku cepat-cepat menepisnya.
“Sepertinya kalian tidak mengetahui kabar tentang Arin 2 hari lalu. Kalian terlambat, nak. Arin sudah pergi selamanya.”kata-kata itu keluar disertai Air mata yang mengucur dari kelopak mata ibunda Arin.
“Maksud Tante? Tanyaku dengan nada bergetar. “Oh, Tuhan, semoga apa yang aku dengar hanyalah pikiranku belaka,” ujarku dalam hati.
“Dua hari yang lalu Arin meninggal. Dia memang mengidap penyakit kanker darah stadium 4, tapi tante tak menyangka kalau dia akan pergi secepat ini. Beberapa hari yang lalu kami sempat pergi berlibur bersama, tapi ternyata itu merupakan liburan terakhir bagi Arin. Sehari setelah liburan itu, Arin tiba-tiba menjerit kesakitan. Kami langsung membawanya ke rumah sakit. Namun ternyata semuanya terlambat, Arin tidak dapat tertolong. Dia terdiam tanpa bernapas lagi,” ujar ibunda Arin menjelaskan panjang lebar dengan air mata yang semakin deras mengalir.
Mendengar semua yang telah diceritakan ibunda Arin membuat leherku serasa tercekik, jantungku berdegup kencang, dan mataku memancarkan sorot ketidakpercayaan yang mendalam. Hal ini membuyarkan semua impian yang telah kuukir, impian untuk bisa memilikinya, sungguh kenyataan yang teramat sangat pahit. Mengapa aku terlambat mengetahui semua ini? Mengapa aku tak bertanya lebih awal? sebelum dia pulang meninggalkan pantai itu, sebelum dua hari yang lalu, sebelum ajal menjemputnya, sebelum dia pergi ke nirwana, sebelum dia meninggalkan kami semua untuk selama-lamanya. Dan sekarang ku tak tau hal apakah yang bisa menghapus semua luka yang ada di hatiku saat ini……………….???? Adakah hal  yang bisa menghapus kenangan yang teramat manis tentang dia dan pantai itu?
TAMAT

THE STORY OF THE ERROR GANK


Ada delapan orang gadis yang sangat berbeda dengan gadis-gadis biasa karena mereka adalah “Alien”. Mereka hidup di sebuah Planet yang bernama “Planet Affection”, kehidupan di planet itu sangat bahagia karena mereka memiliki raja yang sangat baik dan bijaksana. Raja planet itu bernama “Raja Abe”. Sebelum planet ini makmur seperti sekarang, planet ini hampir saja hancur karena ulah seorang raja kegelapan. Tapi masa-masa sulit itu telah pergi dan sekarang yang ada hanyalah kebahagiaan yang berlimpah ruah.
          Ternyata di planet lain yaitu “Planet Vacation” (planet tempat berlibur bagi para alien dari luar angkasa) sedang dilanda musibah. Raja Kegelapan kembali membuat ulah, padahal saat akan dihukum oleh Raja Abe dia berjanji tidak akan merusak planet lagi. Karena percaya kata-kata Raja Kegelapan akhirnya Raja Abe membebaskannya tapi kata-kata seorang Raja Kegelapan ternyata tidak dapat dipercaya. Mendengar berita buruk itu, Raja Abe menjadi terharu. Akhirnya beliau mengutus The Error Gank untuk menumpas Raja Kegelapan yang bernama “Raja Sendo”. Walaupun The Error Gank terdiri dari para gadis tetapi mereka mempunyai kekuatan super power yang sangat dasyat.
          Mereka pergi ke Planet Vacation dengan menggunakan pesawat ulank-alink yang bernama “Love Plane”, pesawat itu sangat canggih, pesawat yang dibuat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat tinggi. Setelah sampai di planet itu, mereka kemudian mengubah pesawat Love Plane menjadi sebuah kendaraan yang dapat berjalan di darat alias “Love Car”. Di dalam kendaraan Love Car telah terdapat sebuah peta tempat Raja Kegelapan yaitu Raja Sendo berada. Lalu mereka pun melaju dengan kencangnya menuju tempat yang nan jauh itu.
Hari demi hari telah terlewati dan pada waktu senja yang amat indah The Error Gank telah sampai di depan Istana Raja Sendo. Pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya tetapi apa yang ada dibalik pintu gerbang ?
          Diluar dugaan para kesatria itu, rupanya Raja Sendo telah mengetahui kedatangan mereka sehingga mereka disambut oleh para pasukan tentara tikus di balik pintu gerbang. Tubuh pasukan tikus itu sangat besar dan kekar, mereka  terdiri dari beberapa kelompok dan mempunyai pemimpin yang kelihatannya begitu kuat. Para pasukan tikus itu terdiri dari delapan kelompok dan pemimpin mereka masing-masing mempunyai nama Wandu, Alex, Adhit, Fajar, Isnan, Anca, Makbul, and the last Djoko.
Ow …, mereka akhirnya bertempur dengan dasyatnya. Swing … Swing … Swing … Dzig! Sinar berwarna-warni melintasi langit yang indah di sore itu seperti pelangi.
Wah, luar biasa sekali, pertempuran yang sangat menegangkan. Tapi sayangnya, karena pasukan tentara tikus begiiiiitu banyak akhirnya The Error Gank ka…lah. Kemudian mereka dikurung di penjara bawah tanah pasukan tentara tikus.
          Mendengar kabar itu Raja Abe menjadi gerang, beliau berpikir kenapa para kesatria yang kuat itu bisa kalah? Padahal pasukan tikus tidak begitu hebat bila dibandingkan dengan The Error Gank, apa pasukan tikus itu sudah bertambah kuat? Atau Raja Kegelapan telah merancang sedemikian rupa sehingga pasukan tikus dapat bertambah kuat? Ahk…, tidak ada waktu untuk memikiran hal itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara menyelamatkan The Error Gank?
          Akhirnya Raja Abe memutuskan untuk turun tangan sendiri dengan dikawal oleh beberapa kelompok pasukan tentara kucing. Beliau sempat berpikir bahwa tikus pasti takut dengan kucing, maka dari itu beliau memerintahkan kepada pasukan tentara kucing untuk turut serta. Kemudian beliau menaiki “King Plane” (pesawat khusus untuk Raja).
          Setelah sampai di Planet Vacation, Raja Abe kemudian menggunakan kekuatan teleportnya (kekuatan yang dapat berpindah tempat dengan praktis) untuk menemukan penjara bawah tanah pasukan tikus. Dengan mudahnya beliau sampai di tempat itu, tetapi di depan pintu tempat The Error Gank ditahan telah dijaga ketat oleh beberapa pasukan tentara tikus. Lalu tanpa menunggu lagi, Raja Abe kemudian memerintahkan kepada pasukan tentara kucing untuk segera menyerang pasukan tentara tikus itu. Wah…! Ternyata dugaan Raja Abe benar, pasukan tentara tikus itu lari terbirit-birit setelah melihat pasukan tentara kucing. Padahal belum apa-apa, eh… sudah kabur. Dan beberapa detik kemudian The Error Gank telah bebas dari penjara bawah tanah pasukan tentara tikus.
          Sekali lagi Raja Abe menggunakan kekuatan teleport yang beliau miliki untuk segera masuk ke dalam Istana Raja Kegelapan yaitu Raja Sendo. Setelah mereka masuk ke dalam Istana yang besar dan megah itu, mereka berpencar untuk lebih memudahkan pencarian. Ternyata meskipun mereka sudah mencari-cari sampai ke lubang tikus sekalipun mereka tetap tidak dapat menemukan Raja Sendo. Dimanakah gerangan berada? Apa beliau sakit lalu pergi ke dukun? Akh… , tapi itu tidak mungkin! Raja Sendo khan punya  kekuatan Sorcery (kekuatan sihir) yang sangat hebat, jadi kalau beliau sakit tinggal menyebutkan mantra “Bimsalabim Abrakadabra…” Bum …, larilah para bakteri-bakteri penyebab penyakit. Lalu dimana Raja Sendo berada? Semua kelihatan binyun tujuh keliling @_@.
          Tak lama kemudian salah satu pasukan The Error Gank yang bernama Ega melihat jejak kaki yang sangat banyak, lalu mereka semua pun mengikuti jejak kaki tersebut. Ternyata jejak kaki itu menuju ke sebuah tempat yang bernama “Dreadful Garden”, taman yang di selubungi tumbuhan semak belukar itu terletak di belakang Istana. Mereka pun berjalan menuju taman itu, sungguh sulit untuk menempuh perjalanan di taman itu karena selain diselubungi semak belukar yang berduri di taman itu juga tidak ada jalan yang dapat di lewati. Akhirnya mereka memutuskan untuk memakai kekuatan “Wings Flown” (kekuatan yang dapat menerbangkan diri). Rupanya di depan mata mereka pasukan tentara tikus telah menunggu dengan muka yang sangat menyeramkan. Tapi pasukan tentara kucing tak kalah menyeramkan, mereka lalu mengeong sekeras-kerasnya. Ternyata ada sesuatu yang aneh, kenapa pasukan tentara tikus tidak takut? Akhirnya tak ada jalan lain merekapun harus bertempur, pertempuran antara pasukan tentara kucing dan tikus itu terjadi sangat sengit. Dan beberapa sepuluh detik kemudian pasukan tentara kucing telah kalah. Ada apa ini? Kenapa bisa jadi begini? Apa kalian pernah melihat kalau kucing kalah dari tikus? Tidak khan? Ooooo…. Rupanya pasukan tentara tikus telah meminum ramuan “Anti Cat” yang diberi oleh Raja Sendo, pantas pasukan tentara kucing kalah, karena jumlah pasukan tentara kucing sangat sedikit jika dibandingkan dengan pasukan tentara tikus. Kemudian Raja Abe akhirnya turun tangan sendiri, beliau tidak memerintahkan kepada The Error Gank untuk menyerang pasukan tentara tikus karena beliau mengerti keadaan The Error Gank yang masih lelah. Dengan kekuatan “Rematoyo Umoha” yang dapat menggemparkan bumi, dalam waktu sekali kejap pasukan tentara tikus telah kalah. Tanpa menunggu waktu lagi, Raja Abe segera bertanya kepada pasukan tentara tikus dimana Raja Sendo bersembunyi. Lalu pasukan tentara tikus menunjuk sebuah hutan dengan nama “Black Forest”, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju hutan itu. Hutan itu sangat menyeramkan, semuanya serba hitam dan gelap. Tumbuhannyapun berwarna hitam, tak ada celah untuk sinar matahari di hutan itu. Sssseeeerrrrrraaammmmm…!!!
          Rupanya setelah sampai pada tempat persembunyian Raja Sendo, mereka dihadang oleh para pemimpin pasukan tentara tikus. Tidak ada cara lain, akhirnya The Error Gank turun tangan. Mereka melawan para pemimpin pasukan tentara tikus “One by one”, Allent melawan Makbul, Ari melawan Fajar, Ega melawan Anca, Aas melawan Adhit, Febri melawan Wandu, Trias melawan Alex, Dhani melawan Djoko, dan Iyan melawan Isnan. Pertempuran yang amat menegangkan, pertempuran itu berlangsung kalau tidak salah dalam waktu seribu detik. Dan akhirnya dimenangkan oleh The Error Gank, tapi ada seorang kesatria yang bernama Febri masih bertempur melawan Wandu. Rupanya Wandu mempunyai kekuatan lebih dari para pasukan tikus lainnya. Apa bedanya dia dengan yang lain? Bermenit-menit mereka bertempur tapi selalu saja seimbang, ada apa ini? Wah, ternyata Raja Abe tidak sabaran, akhirnya beliau turun tangan membantu Kesatria Febri. Ini sich namanya tidak adil, tapi apa boleh buat sudah terlanjur tuch. Dalam beberapa detik saja pasukan tentara tikus yang bernama Wandu sudah terkapar kayak tikus yang diterkam sama kucing. Kemudian Raja Abe membuka topeng pasukan-pasukan tikus itu, ya ampun! Ternyata wajah pemimpin tikus yang bernama Wandu mirip dengan Raja Abe. Apa maksud ini semua? The Error Gank menjadi bengong dan binyun sepuluh keliling (kayak komidi putar aja), tapi kok Raja Abe malah berlinang air mata? Setelah dijelaskan oleh Raja Abe dan Wandu secara mendetail baru mereka mengerti, karena waktu itu The Error Gank belum mengetahui sejarah kerajaan Planet Affection. Rupanya pasukan tikus yang bernama Wandu itu adalah Pangeran Abelardo saudara kembar Raja Abe. Dia diculik oleh orang utan pada waktu bermain-main di taman Istana (memangnya ada orang utan di Istana? @_@), dan dia ditemukan oleh Raja Sendo yang kemudian diangkat menjadi salah satu pemimpin pasukan tentara tikus karena Raja Sendo telah tahu kalau dia adalah salah satu pewaris tahta Planet Affection. Kemudian Wandu tumbuh dewasa dan tidak mengingat lagi masa kecilnya dan ini merupakan salah satu keuntungan bagi Raja Sendo. Pada waktu menyerang Planet Affection, Raja Sendo tidak mengikutsertakan Wandu karena beliau takut Wandu dapat mengingat masa lalunya. Keluarga Kerajaan Planet Affection pun tidak mengetahui keberadaannya sehingga dia dianggap telah hilang dan takkan mungkin kembali lagi. Tapi sekarang semua telah berlalu, Pangeran Abelardo telah mengingat kembali semuanya dan akan bersama-sama bertempur melawan Raja Kegelapan Sendo. Namun dimana Raja Sendo berada? Dari tadi dicariin kok nggak ketemu-ketemu, ya?
          Ternyata setelah mereka menyusuri Black Forest berjam-jam, akhirnya mereka sampai ditempat Raja Sendo berada. Beliau sedang berdiri diatas sebuah “Altar Millenium” (tempat bersemedi yang sudah ada sejak seribu tahun yang lalu), dan telah menunggu kedatangan mereka. Tidak beberapa lama kemudian Raja Sendo telah melayang diudara, lalu tanpa diperintah oleh Raja Abe The Error Gank juga menyusulnya. Terjadilah pertempuran yang hebat, tapi sayang beberapa menit kemudian The Error Gank sudah kehabisan tenaga. Lalu Pangeran Abelardo ingin membantu mereka tapi belum sampai niatnya terlaksana dia sudah diubah menjadi Es oleh Raja Sendo. Akhirnya Raja Abe turun tangan lalu Raja Sendo mengeluarkan tongkat “Blue Light”. Konon tongkat ini akan merubah apa saja yang terkena sinarnya menjadi “Obaji” (roh gentayangan). Tapi Raja Abe tidak takut sedikitpun, beliau malah tertawa terbahak-bahak. Mau tahu kenapa? Karena tongkat itu bentuknya kayak terung. Raja Sendo menjadi geram dan kemudian dia berteriak, untuk sesaat suasana di hutan itu menjadi hening. Lalu terjadilah pertempuran antara Raja Abe vs Raja Sendo, Raja Sendo memakai kekuatan tongkatnya sedangkan Raja Abe memakai kekuatan “Magic Mirror” (kekuatan mengcopy) sehingga beliau menjadi bertambah banyak. Raja Sendo menjadi kewalahan menghadapi Raja Abe tetapi kemudian beliau memakai kekuatan tongkatnya, satu persatu copyan Raja Abe lenyap dari pandangan mata. Lalu karena copyannya sudah hilang semua, maka Raja Abe menggunakan kekuatan Rematoyo Umoha, untuk sesaat hutan itu gempar dikarenakan kekuatan Raja Abe tapi sayang dalam seribu kejap pertempuran itu sudah berakhir dan dimenangkan oleh Raja Sendo. Raja Abe terluka parah dan tidak mampu lagi untuk bertempur, tongkat itu benar-benar memiliki kekuatan yang sangat hebat sampai-sampai Raja Abe dapat dikalahkan. Rupanya The Error Gank belum menyerah, dengan menggabungkan kekuatan Friendship yang mereka miliki Raja Sendo sudah terkapar tidak berdaya. Ternyata kekuatan tongkat Blue light dapat dilumpuhkan dengan kekuatan persahabatan yang mereka miliki
Lalu bagaimana nasib Pangeran Abelardo yang menjadi Es? Dan Raja Abe yang terluka parah?
Akhirnya mereka memutuskan untuk menggotong Pangeran Abelardo dan Raja Abe keluar dari hutan itu, dan tanpa disangka-sangka Es yang menyelimuti tubuh Pangeran Abelardo telah mencair dan Raja Abe telah sadar lalu mengobati lukanya sendiri dengan kekuatan penyembuh yang beliau miliki. Kemudian tanpa menunggu waktu lagi mereka segera kembali ke Planet Affection.
          Tiga jam kemudian, di Planet Affection diadakan pertemuan. Inti pertemuan itu adalah kabar baik tentang kembalinya Pangeran Abelardo yang kemudian diangkat sebagai Menteri Keamanan Kerajaan dan The Error Gank yang diberi gelar “Warrior during the time”, serta kalahnya Raja Kegelapan Sendo. Semua rakyat Planet Affection bersorak gembira “Hurrah…!!!!”
Tiga hari kemudian ada kabar gembira dari Planet Vacation, The Error Gank diundang ke planet mereka untuk menikmati keindahan alam yang ada disana. Tanpa berpikir panjang lagi The Error Gank langsung meluncur ke Planet Vacation (maklum The Error Gank tidak pernah melewatkan kesempatan yang sangat baik). Sesampainya disana mereka disambut oleh pemandu wisata Planet Vacation yang akan mengantar mereka ke beberapa tempat wisata. Pengalaman yang menyenangkan sekali, lebih menyenangkan dari pada berada dimanapun.